Suporter Fanatik Paling Militan di Indonesia
>> Selasa, 01 Mei 2012
Militansi dalam dunia supporter sepak bola, seolah sudah menjadi
kelaziman dalam mengawal pertandingan sebuah tim kesayangan. Tak heran,
segala daya dan upaya dilakukan untuk membantu perjuangan tim mencapai
hasil yang maksimal. Tapi seiring dengan itu pula, terkadang arogansi
dan vandalisme mengiringi langkah para supporter dalam membela tim
kesayangannya. Mau tahu 5 supporter tim sepak bola paling militan di
liga Indonesia? Simak artikel berikut:
1. Viking, Persib
Bermula saat sekelompok bobotoh fanatik PERSIB yang biasa“menghuni”
tribun selatan mencetuskan ide untuk menjawab totalitas “sang idola”
PERSIB Bandung di lapangan dengan sebuah totalitas dalam memberi
dukungan, maka setelah melalui beberapa kali pertemuan yang cukup alot
dan memakan waktu, akhirnya terbentuklah sebuah kesepakatan bersama.
Tepatnya pada Tanggal 17 Juli 1993, diikrarkanlah sebuah kelompok
Bobotoh dengan nama VIKING PERSIB CLUB. Adapun pelopor dari pendiriannya
antara lain ; Ayi Beutik, Heru Joko, Dodi “Pesa” Rokhdian, Hendra Bule,
dan Aris Primat dengan dihadiri oleh beberapa Pioner Viking Persib Club
lainnya, yang hingga kini masih tetap aktif dalam kepengurusan Viking
Persib Club.
Nama VIKING diambil dari nama sebuah
suku bangsa yang mendiami kawasan skandinavia di Eropa Utara. Suku
bangsa tersebut dikenal dengan sifat yang keras, berani, gigih, solid,
patriotis, berjiwa penakluk, pantang menyerah, serta senang menjelajah.
Karakter dan semangat itulah yang mendasari “Pengadopsian” nama VIKING
kedalam nama kelompok yang telah dibentuk. Secara demonstratif, Viking
Persib Club pertama kali mulai menunjukan eksistensinya pada Liga
Indonesia I — tahun 1993, yang digemborkan sebagai kompetisi semi
professional pertama di Tanah Air kita. Slogan “PERSIB SANG PENAKLUK”
begitu dominan terlihat pada salah satu atribut yang dipakai anggotanya.
Viking dimasa ini masihlah sangat tradisional dan belum menunjukkan
geliat sebagai sebuah organisasi yang utuh secara profesional, bahkan
pada awalnya mereka tidak mempunyai homebase dan menjadikan halaman
sekretariat PERSIB di Jalan gurame sebagai tempat berkumpul. Seiring
waktu kehadiran mereka yang merajai tribun selatan pun mulai dikenal dan
diakrabi bobotoh, banyak pula yang berminat untuk menjadi bagian dari
Viking, pendaftaran anggota pun mulai dibuka lebar.
Viking Persib Club murni lahir secara
independen berdasarkan inisiatif dari para Bobotoh dari golongan grass
root. Dalam pandangan Viking, supporter tidak hanya berperan sebagai
“tukang sorak” saat menyaksikan dan mendukung kesebelasan kesayangannya,
tetapi peran supporter harus lebih dari itu! Dia harus menjadi
pembangkit semangat saat tim kesayangannya jatuh bangun menunaikan
tugasnya dilapangan. Supporter juga harus menjadi kekuatan tambahan bagi
para pemain dilapangan, …… intinya, supporter harus menjadi pemain
ke-12! Dan VIKING ingin menjadi pemain ke-12 bagi PERSIB.
2. Bonek, Persebaya
Istilah bonek pertama kali
dimunculkan oleh Harian Pagi Jawa Pos tahun 1989 untuk menggambarkan
fenomena suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam
jumlah besar. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di
Indonesia yang mentradisikan away supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain) seperti di Eropa. Dalam perkembangannya, ternyata away supporters juga
diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang
tahu asal-usul, Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun
1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk
menonton final Persebaya - Persija, tidak ada kerusuhan apapun.
Secara tradisional, Bonek memiliki
lawan-lawan, sebagaimana layaknya suporter di luar negeri. Saat era
perserikatan, lawan tradisional Bonek adalah suporter PSIS
Semarang dan Bobotoh Bandung. Di era Liga Indonesia, lawan tradisional
itu adalah Aremania Malang, The Jak suporter Persija, dan Macz Man
fans PSM Makassar. Di era Ligina, Bonek justru bisa berdamai dengan
Bobotoh Persib Bandung, Macz Man (PSM Makassar) dan Suporter PSIS
Semarang.
3. Aremania, Malang
Sekitar pertengahan tahun 1990-an
istilah Aremania mulai dipakai sebagai nama suporter Arema. Sementara
itu geng-geng di Malang mulai luntur. Anggota geng yang pada akhir tahun
1980-an masih muda, di pertengahan tahun 1990-an sudah lebih dewasa.
Munculnya generasi geng baru di Malang tidak terjadi karena faktor
perubahan sepak bola di Indonesia dan upaya pencegahan dari beberapa
tokoh Aremania.
Nama Aremania serta simbol Singo Edan
diciptakan oleh beberapa tokoh Aremania sehingga dapat mempersatukan
suporter Arema. Suporter Arema didorong tokoh Aremania menjadi rukun dan
sportif.
Namun proses itu mengalami hambatan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi sampai sekarang. Konflik antara dua kelompok suporter ini di Malang masih terjadi sampai tahun 1999.
Insiden di luar Malang terjadi sampai tahun 2001. Yang paling parah setelah zaman Galatama terjadi di Sidoarjo pada Mei tahun 2001.
Persatuan Aremania bersdasarkan pada ide inklusif, yaitu bahwa semua suporter Arema bersaudara. Sistem ketertiban suporter tergantung pada pengurus suporter, Koordinator Wilayah atau korwil. Tokoh korwil adalah pengurus suporter di sebuah kampung atau daerah.
Namun proses itu mengalami hambatan. Persaingan keras antara suporter Malang dan Surabaya terjadi sampai sekarang. Konflik antara dua kelompok suporter ini di Malang masih terjadi sampai tahun 1999.
Insiden di luar Malang terjadi sampai tahun 2001. Yang paling parah setelah zaman Galatama terjadi di Sidoarjo pada Mei tahun 2001.
Persatuan Aremania bersdasarkan pada ide inklusif, yaitu bahwa semua suporter Arema bersaudara. Sistem ketertiban suporter tergantung pada pengurus suporter, Koordinator Wilayah atau korwil. Tokoh korwil adalah pengurus suporter di sebuah kampung atau daerah.
4. The Macz Man, Makasar
The Macz Man juga merupakan suporter
fanatik PSM Makassar merupakan tempat berkumpulnya para pecinta klub
tertua di Indonesia (ayam jantan dari timur) dengan militansi dan
kesetian yang teguh untuk membela klub kebanggaan masyarakat kota
makassar dan sulawesi selatan secara keseluruhan.The Macz Man adalah
kelompok suporter yang berdiri februari 2001. The Macz Man selalu
mendampingi PSM Makassar dalam pertandingan Kandang atau Tandang.
5. The Jakmania, Persija
The Jakmania adalah kelompok pendukung /
supporter kesebelasan sepak bola Persija Jakarta yang berdiri
sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The
Jakmania berada di Stadion Lebak Bulus.
Setiap Selasa dan Jumat merupakan rutinitas The Jakmania baik itu
pengurus maupun anggota untuk melakukan kegiatan berkumpul bersama
membahas perkembangan The Jakmania serta laporan-laporan dari setiap
bidang kepengurusan.Tidak lupa juga melakukan pendaftaran bagi anggota
baru dalam rutinitas tersebut.
Ide terbentuknya The Jakmania muncul
dari Diza Rasyid Ali, manager Persija saat itu. Ide ini mendapat
dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Sebagai pembina
Persija, memang Sutiyoso sangat menyukai sepak bola. Ia ingin sekali
membangkitkan kembali persepak bolaan Jakarta yang telah lama hilang
baik itu tim maupun pendukung.
Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya
sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk,
dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat, yaitu Gugun Gondrong
yang merupakan sosok paling ideal di saat itu. Meski dari kalangan
selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa
sama dengan yang lain.(**)
Sumber: www.uniknya.com
0 komentar:
Posting Komentar